Bahan Pembuat
Mie
Pada proses pembuatan mi,
diperlukan sejumlah bahan utama dan bahan tambahan. Masing – masing bahan
memiliki peranan tertentu seperti menambah bobot ; menambah volume; atau
memperbaiki mutu, cita rasa, maupun warna. Kadar pencapuran berbagai bahan
tambahan tersebut sangat bervariasi disesuaikan dengan permintaan konsumen atau
perhitungan ekonomis. Misalnya, kalau harga tepung terigu terlalu tinggi maka
penggunaannyadapat dikurangi dan digantikan dengan tepung lainnya.
Berikut ini akan dibahas
berbagai bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan mi dan peranannya masing –
masing.
Tepung
terigu merupakan bahan dasar pembuatan mi. Tepung terigu diperoleh dari biji
gandum (Triticum Vulgare) yang
digiling. Keistimewaan terigu di antara serealia lainnya adalah kemampuannya
membentuk gluten pada adonan mi menyebabkan mi yangg dihasilkan tidak mudah
putus pada proses pencetakan dan pemasakan. Biasanya mutu terigu yang
dikehendaki adalah yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 – 12%, kadar
abu 0,25 – 0,60%, dan gluten basah 24 – 36%.
Dalamprakteknya,
tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan mi terdiri dari campuran dua merk,
yaitu Segitiga Biru dan Cakra Kembar. Pencampuran kedua jenis
merk tepung tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan konsentrasi protein yang
dikehendaki sehingga akan menghasilkan tekstur, konsistensi, dan rasa yang khas
dari produk yang bersangkutan.
Berdasarkan
kandungan gluten (protein), tepung terigu yang beredar di pasaran dapat
dibedakan 3 macam sebagai berikut.
a.
Hard Flour. Tepung ini berkualitas paling
baik. Kandungan protein 12 – 13%. Tepung ini biasanya digunakan untuk pembuatan
roti dan mi berkualitas tinggi. Contohnya, terigu Cakra Kembar.
b.
Medium Hard Flour. Tepung terigu jenis ini
mengandung protein 9,5 – 11%. Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti,
mi dan macam – macam kue, serta biskuit. Contohnya, terigu Segitiga Biru.
c.
Soft Flour. Terigu ini mengandung protein
sebesar 7 – 8,5%. Penggunaannya cocok sebagai bahan pembuatan kue dan biskuit.
Contohnya, terigu Kunci Biru.
Proporsi
penggunaann terigu untuk industri pengolahan mi di Indonesia relatif besar.
Oleh sebab itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai pensubtitusi ( mengurangi
penggunaan) terigu dalam pembuatan mi diharapkan memberi keuntungan yang cukup
besar.Semakin banyak tapioka yang ditambahkan, semakin menurun mutu mi yang
dihasilkan, tetapi semakin murah harga jualnya.
Tepung
tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses
pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan.
Tepung
singkong dapat juga digunakan sebagai pensubtitusi tepung terigu seperti halnya
tepung tapioka. Berbeda halnya dengan tapioka yang merupakan pati dari
singkong, tepung singkong adalah hasil penepungan semua komponen yang ada pada
singkong ( bukan hanya pati ). Masalah yang ada pada singkong mentah adalah
kandungan asam sianida (HCN )-nya yang cukup tinggi. Pembuatan tepung merupakan
salah satu cara yang dapat menurunkan kadar asam sianida sampai batas yang aman
untuk dikonsumsi manusia.
Cara
pembuatan tepung singkong yang baik melalui proses perendaman, pemarutan,
pengepresan, penjemuran, penggilingan, dan pengayakan (30 – 40 mesh).
Subtitusi
tepung terigu dengan tepung singkong pada pembuatan mi akan menurunkan
kandungan protein produk akhir karena tepung singkong mengandung sedikit
protein. Oleh karena itu, perlu ditambahkan sumber protein lain ke dalam
produk. Salah satu sumber protein yang baik dan cukup potensial di Indonesia
adalah tempe.
Tempe
merupakan sumber protein nabati yang mampu bersaing dengan protein hewani dalam
segi kualitas, kuantitas, dan harga. Selain itu, tempe kaya akan asam amino
lisin, tetapi miskin metionin.
Adapun
terigu kaya akan asam amino metionin, tetapi miskin lisin. Oleh sebab itu,
penggunaan tempe sebagai sumber protein diharapkan dapat memperbaiki nilai gizi
mi campuran tepung singkong – terigu tanpa peningkatan biaya ysng cukup
berarti.
Cara
pembuatan tepung tempe yang baik sebagai berikut. Tempe segar yang telah
dipotong – potong, diblansir ( 100derajat C, 10 menit ), lalu dikeringkan
dengan oven ( 55 derajat C, 24 jam). Setelah kering, digiling dan diayak dengan
ayakan 30 – 40 mesh.
Air
berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat ( akan
mengembang ), melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yang
digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6 – 9. Makin tinggi pH air maka mi yang
dihasilkan tidak mudah patah karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya
pH. Selain pH, air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai
air minum, di antaranya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Jumlah
air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 28 – 38% dari jumlah campuran bahan
yang akan digunakan. Jika lebih dari 38%, adonan akan menjadi sangat lengket
dan jika kurang dari 28%, adonan akan menjadi rapuh sehin gga sulit dicetak.
Dalam
pembuatan mi, penambahan garam dapur untuk memberi rasa, memoperkuat tekstur
mi, meningkatkan fleksibelitas dan elastisitas mi, serta untuk mengikat air.
Selai itu, garam dapur dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase
sehingga pata tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
Secara
umum, penambahan telur dimaksudkan untuk meningkatkan mutu protein mi dan
menciptakan adonan yang lebih liat sehingga tidak mudah terputus – putus. Putih
telur berfungsi untuk me cegah kekeruhan saus mi waktu pemasakan. Penggunaan
putih telur harus secukupnya saja, karena pemakaiaan yang berlebihan dapat
menurunkan kemampuan mi menyerap air (daya rehidrasi) waktu direbus.
Kuning
telur dipakai sebagai pengemulsi kerena dalam kuning telur terdapat lechitin.
Selain sebagai pengemulsi ( emulsifer ), lechitin juga dapat mempercepat
hidrasi air pada tepung dan untuk mengembangkan adonan. Penambahan kuning telur
juga akan memberikan warna yang seragam.
- CMC (karboksi metil selulosa)
Karboksi
metil selulosa memiliki sifat higroskopis, mudah larut dalam air, dan membentuk
larutan koloid. Dalam pembuatan mi, CMC berfungsi sebagai pengembang. Bahan ini
dapat mempengaruhi sifat adonan, memperbaiki ketahanan terhadap air, dan
mempertahankan keempukan selama penyimpanan.
Selain
CMC, bahan pengembang lain yang dapat digunakan adalah natrium algenik, natrium
kasienat, gum arab, guar gum, dan beberapa jenis gum lain. Bahan pengembang ini
dapat diperoleh di toko – toko tempat penjualan bahan kimia.
Jumlah
bahan pengembang yang ditambahkan berkisar antara 0,5 – 1,0%dari beraaaaat
tepung terigu, tergantung dari jenis tepung terigu. Penggunaan yang
berlebihan akan menyebabkan
Tektur
mi yang terlalu kasar dan daya rehidrasi
mi menjadi berkurang.
- Soda abu ( Natrium Karbonat dan kalium Karbonat ).
Soda
abu merupakan campuran dari natrium karbonat dan kalium karbonat ( Perbandingan
1 : 1 Berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, mengikatkan elastissitas dan fleksibilitas
mi meningkatkan kehalusan tekstur, serta meningkatkansifat kenyal.
Fungsi
zat pewarna adalah memberi warna khas mi .pewarna yang biasanya adalah pewarna
kuning , tartazin yellow , dalam pembuatan
mi , pewarna biasanya dicampur dengan garam dan dilarutkan kedalamair
yang digunakan untuk pembentukan adonan.Dengan cara ini adonan dapat dibuat sehomogin mungkin.
Natrium
bensoat digunakan sebagai bahan pengawet karena dapat mematikan mikroba
Minyak
kacang digunakan untuk memperhalus tektur mi dan mencegah kelengketan antar
pilinan Mi.